- Tercapainya kesepakatan dalam upaya peningkatan mutu/kualitas pelayanan dengan merujuk pada standar yang ada dan yang sudah dikerjakan dengan melakukan pendekatan perfomance standar, dalam penerapan tata kelola klinik.
- Pendamping bersama tim di Puskesmas replikasi mampu melaksanakan rangkain kegiatan assement tata kelola klinik.
PERTEMUAN PERSIAPAN PENDAMPINGAN KLINIK PADA PUSKESMAS REPLIKASI PROGRAM EMAS
03-05-2017
23
Cibinong 20 Febuari 2017 – Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan dan kualitas hidup dari masyarakat adalah Angka kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil SDKI 2007 adalah 228/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 359 (SDKI 2012), sedangkan Angka Kematian Bayi adalah 39/1.000 kelahiran hidup Tahun 2007 dan menurun menjadi 32/1.000 kelahiran hidup Tahun 2012 (SDKI). Pencapaian indikator kesehatan tersebut masih belum seperti yang diharapkan. Angka kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat 321,15/100.000 KH (BPS 2003) dan angka kematian bayi baru lahir 39/1.000 KH (SDKI 2007). Di Propinsi Jawa Barat jumlah kematian Ibu Tahun 2015 terdapat 832 kasus dan pada Tahun 2016 menurun menjadi 790 kasus, sedangkan jumlah kematian bayi tahun 2015 berjumlah 4.124, dan pada tahun 2016 menurun menjadi 3647. Berdasarkan laporan dari Puskesmas dan rumah Sakit data kematian ibu di Kabupaten Bogor pada tahun 2015 berjumlah 69 kasus dan pada tahun2016 menurun menjadi 58 kasus. Sedangkan data kematian neonatal tahun 2015 sebanyak 169 kasus dan pada tahun 2016 menurun menjadi 126 kasus. Penyebab kematian ibu terbesar adalah hipertensi dalam kehamilan dan pendarahan, sedangkan penyebab kematian bayi karena BBLR dan asfiksia.
Upaya yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB telah banyak dilakukan dengan mengacu pada strategi Making Pregnancy Saver (MPS) yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, Puskesmas PONED dan RS PONEK serta akses KB bagi pasangan usia subur. Melalui strategi ini diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu sekitar 70% dan KB berkontribusi sebesar 20%. Strategi ini dijabarkan dalam Renstra dan SPM kabupaten. Langkah akselerasi penurunan AKI dan AKB di Kabupaten Bogor adalah dengan melakukan kegiatan replikasi pengembangan model penyelamatan ibu dan bayi baru lahir dilima (5) Puskesmas. Kegiatan ini merupakan pengembangan dari 10 Puskesmas yang sudah diintervensi oleh Program EMAS yang dimulai dari Tahun 2012 – 2016.
Sebelum kegiatan pendampingan awal (P1), lima Puskesmas replikasi akan melakukan kegiatan kunjungan klinik (K1) kefasilitas kesehatan (Puskesmas) yang akan bertindak sebagai pendamping. Kegiatan kunjungan klinik ini dimaksudkan agar tim pada puskesmas replikasi memperoleh gambaran tentang tata kelola klinis, implementasi best practice dan memahami penggunaan instrumen pendampingan sebagai alat pemantauan standar kinerja. Untuk memperoleh komitmen dan kesepakatan dalam kegiatan Pendampingan Klinik, maka diperlukan Pertemuan Persiapan Pendampingan Klinik pada Puskesmas Replikasi.
Tujuannya pada tim Pendamping dan tim pada Puskesmas replikasi dapat memahami upaya peningkatan kualitas mutu kesehatan ibu dan bayi baru lahir (neonatus), melalui program penyelamatan ibu dan bayi baru lahir.